Polda Kaltim Dan Polres Jajaran Gelar Nobar Serentak Pagelaran Wayang Kulit Wahyu Makutharama Secara Virtual

Polda Kaltim Dan Polres Jajaran Gelar Nobar Serentak Pagelaran Wayang Kulit Wahyu Makutharama Secara Virtual

Pengenalan Nobar Wayang Kulit Oleh Polda Kaltim

Pagelaran budaya tradisional Indonesia kembali mendapat tempat di hati masyarakat, seiring dengan upaya institusi kepolisian untuk memperkuat nilai-nilai luhur bangsa. Pada kesempatan ini, Polda Kalimantan Timur (Kaltim) beserta seluruh polres jajarannya menggelar kegiatan nonton bareng (nobar) secara serentak pagelaran wayang kulit bertema “Wahyu Makutharama” dengan menggunakan fasilitas virtual. Kegiatan ini menjadi sebuah wadah penguatan karakter kebangsaan serta upaya pelestarian budaya di tengah era digital yang kian pesat.

Makna Wayang Kulit “Wahyu Makutharama”

Pagelaran wayang kulit dengan lakon “Wahyu Makutharama” bukan sekadar tontonan. Cerita ini mengisahkan perjalanan para kesatria dalam memperoleh ilmu kepemimpinan yang bijaksana dan adil. Wahyu Makutharama sendiri adalah wahyu atau petunjuk kebijaksanaan yang diberikan kepada seseorang guna menjadi pemimpin sejati, serta menegakkan kebenaran dan keadilan di masyarakat.

Kisah wayang ini sangat sarat makna filosofis, terutama tentang pentingnya integritas moral, kejujuran, keberanian, serta pengabdian terhadap bangsa dan negara. Nilai-nilai inilah yang juga selaras dengan semangat yang ingin ditanamkan oleh kepolisian di seluruh jajaran Polda Kaltim dan polres di bawahnya.

Tujuan Kegiatan Nobar Serentak

Kegiatan nonton bareng serentak yang diinisiasi Polda Kaltim bertujuan lebih dari sekadar hiburan. Ada sederet tujuan strategis yang terkandung di dalamnya, antara lain:

  • Menanamkan nilai kebangsaan kepada personel kepolisian agar selalu berpegang pada integritas, keadilan, dan kejujuran dalam bertugas.
  • Pelestarian budaya sebagai bagian dari jati diri bangsa Indonesia yang kaya akan tradisi luhur.
  • Memperkuat soliditas internal melalui kegiatan bersama yang mengedepankan rasa kebersamaan dan kekeluargaan antaranggota.
  • Pemanfaatan teknologi digital di era modern dengan memfasilitasi masyarakat dan internal polri untuk mengakses pertunjukan tradisional secara daring.
  • Menumbuhkan kepedulian sosial kepada masyarakat luas akan pentingnya budaya sebagai pemersatu bangsa.

Teknis Pelaksanaan: Virtual dan Serentak

Dalam pelaksanaannya, seluruh jajaran kepolisian di bawah Polda Kaltim menggelar nobar serentak menggunakan perangkat digital. Hal ini menyesuaikan dengan situasi serta kebutuhan era pandemi dan kebiasaan baru yang serba virtual. Melalui media daring seperti Zoom, YouTube, dan platform video streaming lainnya, anggota kepolisian beserta keluarga berkesempatan menikmati pagelaran wayang kulit tanpa harus berkerumun di satu lokasi fisik.

Setiap Polres diiringi pula dengan sesi sharing dan diskusi pasca pagelaran, guna merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita Wahyu Makutharama. Ada pula sesi tanya jawab bersama pakar budaya dan dalang, sehingga menambah wawasan dan pemahaman anggota.

Antusiasme Peserta dan Komitmen Pelestarian Budaya

Antusiasme anggota Polda Kaltim dan polres jajaran sangat tinggi terhadap pelaksanaan nobar wayang kulit ini. Banyak yang mengaku baru pertama kali menikmati pertunjukan secara virtual, namun tetap mendapat kesan mendalam dari nilai-nilai yang disampaikan dalam cerita. Anak-anak keluarga anggota Polri pun ikut antusias, terutama saat sesi pengenalan tokoh-tokoh pewayangan dan nilai moral di balik kisah tersebut.

Komitmen pelestarian budaya ini selaras dengan arah kebijakan kepolisian yang menempatkan institusi Polri sebagai bagian dari elemen bangsa yang berperan aktif menjaga identitas nasional. Harapannya, ke depan akan ada lebih banyak lagi kegiatan serupa yang mengangkat kearifan lokal serta budaya nusantara.

Pentingnya Budaya Bagi Institusi Kepolisian

Institusi kepolisian bukan hanya sebagai penegak hukum, namun juga penjaga moral dan etika bangsa. Budaya menjadi fondasi penting terciptanya karakter personel yang berdedikasi dan penuh pengabdian. Dengan menanamkan nilai-nilai budaya dan kebangsaan, seperti digambarkan dalam wayang Wahyu Makutharama, diharapkan setiap anggota Polri semakin menghayati tugas sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat.

Selain itu, kegiatan berbasis budaya juga menjadi sarana mempererat hubungan antara Polri dan masyarakat. Melalui nobar virtual kali ini, masyarakat juga diundang untuk ikut serta, sehingga tercipta suasana kebersamaan dan gotong-royong yang semakin menumbuhkan kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian.

Upaya Inovatif di Era Modern

Pelaksanaan nobar virtual pagelaran wayang kulit menunjukkan bahwa Polri mampu beradaptasi dan berinovasi di era digital. Di satu sisi, tradisi dan budaya tetap lestari. Di sisi lain, jangkauan edukasi dan hiburan dapat lebih luas tanpa hambatan ruang maupun waktu. Ini menjadi contoh teladan bagi instansi lain dan masyarakat luas bahwa pelestarian budaya tidak harus kaku, namun bisa kreatif dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Dengan adanya sinergi antara teknologi dan budaya, diharapkan generasi muda tetap mengenal, mencintai, dan melestarikan warisan leluhur. Kegiatan ini bukan sekadar ajang nostalgia, tetapi juga membangun fondasi karakter bangsa yang tangguh, bermoral, dan adaptif.

Kesimpulan

Pagelaran wayang kulit Wahyu Makutharama yang digelar secara virtual oleh Polda Kaltim dan polres jajarannya menjadi terobosan positif dalam pelestarian budaya dan penguatan karakter anggota Polri. Dengan memadukan teknologi dan seni tradisi, kegiatan ini sukses mewujudkan kebersamaan sekaligus menanamkan nilai kepemimpinan dan moral yang luhur. Semangat seperti ini patut dijadikan contoh, agar budaya tidak hanya dijaga, tetapi juga terus hidup dan berkembang di tengah masyarakat modern.