Kunjungan Gubernur Kalimantan Timur Ke Desa Nehas Liah Bing: Masyarakat Hukum Adat Wehea Sambut Hangat
Pengenalan Desa Nehas Liah Bing dan Masyarakat Hukum Adat Wehea
Kalimantan Timur, sebagai salah satu provinsi kaya sumber daya alam dan keanekaragaman budaya, kembali mendapat sorotan lewat kunjungan kerja Gubernur ke Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur. Desa Nehas Liah Bing dikenal sebagai pusat masyarakat hukum adat Wehea, yang telah lama menjaga tradisi, budaya, serta hutan adat yang menjadi identitas dan nafas utama masyarakatnya. Kunjungan ini bukan hanya sekadar agenda pemerintah, tetapi juga menjadi momentum berharga bagi masyarakat Wehea untuk menunjukkan eksistensi, potensi, dan aspirasi mereka kepada pemerintah provinsi.
Momen Kunjungan: Penyambutan Penuh Keakraban
Momentum kunjungan Gubernur Kalimantan Timur ke Desa Nehas Liah Bing berlangsung penuh kehangatan dan nuansa kebudayaan. Setibanya rombongan gubernur di desa tersebut, masyarakat hukum adat Wehea menyambut dengan ritual adat dan pentas budaya, seperti tarian khas Wehea serta penyematan ulos dan mahkota adat sebagai simbol penghargaan dan penerimaan tamu agung. Penyambutan ini menjadi pertanda eratnya ikatan antara masyarakat adat dan pemerintahan daerah.
Segenap tokoh adat, pemuda, perempuan, dan anak-anak hadir memadati balai pertemuan desa. Mereka membawa serta tumpeng, hasil bumi, dan kerajinan tangan yang dipamerkan di hadapan gubernur sebagai wujud kebanggaan atas budaya dan hasil kerja keras masyarakat Wehea. Wajah-wajah sumringah, lantunan doa-doa adat, dan sorak dukungan menggema menyambut pemimpin daerah itu.
Dialog Terbuka: Aspirasi dan Harapan Masyarakat
Setelah prosesi penyambutan adat, acara berlanjut dengan dialog terbuka antara Gubernur dan warga. Dalam sesi ini, masyarakat hukum adat Wehea menyampaikan berbagai isu strategis yang dihadapi, seperti perlindungan hutan adat Wehea yang selama ini menjadi benteng keanekaragaman hayati, pentingnya pengakuan wilayah adat dan hak ulayat, serta akses terhadap pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
Salah satu tokoh adat, Kepala Adat Wehea, menegaskan pentingnya sinergitas antara pemerintah provinsi dan masyarakat adat dalam menjaga kelestarian hutan Wehea. Hutan yang menjadi warisan nenek moyang itu merupakan rumah bagi spesies endemik Kalimantan seperti orangutan, owa, dan burung enggang. Namun di sisi lain, masyarakat juga berharap kemajuan melalui pembangunan berkelanjutan dan pemberdayaan ekonomi tanpa mengorbankan lingkungan dan adat istiadat.
Pemerintah provinsi Kalimantan Timur dalam kesempatan tersebut berjanji akan terus memperhatikan dan memperjuangkan aspirasi masyarakat hukum adat, termasuk dalam hal akses legalitas wilayah, bantuan pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya, serta peningkatan kualitas infrastruktur desa. Gubernur juga menilai bahwa kearifan lokal masyarakat Wehea akan menjadi inspirasi bagi seluruh daerah dalam menjaga harmoni antara pembangunan dan pelestarian alam.
Makna Simbolis Kunjungan bagi Pengakuan dan Perlindungan Adat
Kunjungan resmi Gubernur Kalimantan Timur ke Desa Nehas Liah Bing bukan hanya sekedar agenda protokoler, namun merupakan pengakuan nyata terhadap eksistensi dan peran vital masyarakat hukum adat dalam pembangunan daerah. Simbolisme kunjungan ini memperkuat posisi tawar masyarakat adat untuk terus memperjuangkan hak-haknya, sekaligus mengingatkan pemerintah akan janji-janji yang harus diwujudkan.
Bagi masyarakat Wehea sendiri, kehadiran langsung pemimpin daerah membawa harapan baru akan adanya kebijakan inklusif yang berpihak pada masyarakat adat, baik dari sisi pengelolaan sumber daya alam, tata ruang kawasan, hingga pelestarian bahasa, seni, dan budaya lokal. Kunjungan tersebut juga menjadi inspirasi bagi generasi muda Wehea untuk terus melestarikan adat istiadat serta menjadi pelopor pembangunan berbasis kearifan lokal.
Komitmen Bersama Menuju Masa Depan Berkelanjutan
Sebelum meninggalkan Desa Nehas Liah Bing, Gubernur dan perwakilan masyarakat adat menandatangani prasasti kerjasama perlindungan hutan Wehea serta pemberdayaan masyarakat lokal di bidang ekonomi dan budaya. Prasasti tersebut menjadi simbol komitmen bersama menuju masa depan yang harmonis antara pembangunan, lingkungan, dan pelestarian adat.
Momentum ini mendapat resonansi luas, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional, mengingat ekosistem Wehea merupakan salah satu hutan hujan tropis terpenting di dunia. Seruan untuk tetap menjaga komitmen pelestarian dan mendukung kesejahteraan masyarakat adat pun semakin menguat.
Penutup: Inspirasi Untuk Kalimantan Timur
Kunjungan Gubernur Kalimantan Timur ke Desa Nehas Liah Bing dan sambutan hangat masyarakat hukum adat Wehea menjadi titik terang untuk kolaborasi masa depan. Kekuatan tradisi, semangat gotong royong, dan komitmen pada kelestarian alam menjadi fondasi kokoh bagi kemajuan Kalimantan Timur. Diharapkan, langkah nyata dari kunjungan tersebut dapat membawa perubahan positif, menginspirasi masyarakat adat di wilayah lain, sekaligus memperkuat identitas Kalimantan Timur sebagai daerah yang menjunjung tinggi harmoni antara budaya, alam, dan pembangunan.